MITRANUSANTARA.ID – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) merilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) untuk Januari 2025, yang mencapai angka 53,10, mengalami kenaikan 0,17 poin dari Desember 2024 yang berada di 52,93. Kenaikan ini mencerminkan optimisme sektor manufaktur dalam menghadapi dinamika ekonomi global dan kebijakan domestik.
Acara rilis IKI Januari 2025 berlangsung secara luring di Gedung Kementerian Perindustrian dan daring melalui Zoom serta siaran langsung di kanal YouTube Kemenperin. Pada Kamis 30 Januari 2025. Acara ini dihadiri oleh para pejabat eselon I dan II Kemenperin, kepala dinas perindustrian provinsi/kabupaten/kota, pelaku usaha industri, serta awak media.
Juru Bicara Kemenperin, Febri Henri Anthony Arif, dalam konferensi persnya menyampaikan bahwa sebanyak 20 subsektor industri mengalami ekspansi, dengan kontribusi terhadap PDB mencapai 95,5%. Subsektor dengan nilai IKI tertinggi adalah industri alat angkut lainnya dan industri peralatan listrik, sementara industri tembakau, industri komputer, barang elektronik, dan optik mengalami kontraksi paling dalam.
“Perlambatan ekspansi terjadi pada variabel produksi yang turun 2,14 poin menjadi 53,39, serta persediaan produk yang turun 1,0 poin menjadi 53,58. Hal ini terjadi karena banyaknya stok produk di gudang akibat peningkatan produksi pada November-Desember 2024, yang sebelumnya dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan PPN 12%,” jelas Febri.
Meski demikian, industri tetap menunjukkan daya tahan yang baik. Sebanyak 76,8% perusahaan menyatakan kondisi usahanya stabil atau membaik, naik dari 76,4% di bulan sebelumnya. Optimisme pelaku usaha masih kuat, meskipun sedikit menurun dibandingkan Desember 2024 menjadi 72,5%.
Dukungan Kebijakan Pemerintah
Kemenperin mengapresiasi berbagai kebijakan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang mendukung pertumbuhan industri, seperti perpanjangan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT), paket stimulus ekonomi, serta kebijakan relaksasi impor produk dan peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
“Keberpihakan pemerintah terhadap industri nasional sangat membantu menjaga stabilitas manufaktur. Kebijakan seperti PPN DTP untuk industri otomotif dan pemotongan PPh bagi pekerja di sektor padat karya sangat berdampak positif,” tambah Febri.
Dinamika Ekonomi Global dan Dampaknya pada Industri Nasional
Secara global, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada di angka 3,2% pada 2024 dan sedikit meningkat menjadi 3,3% pada 2025 dan 2026, menurut proyeksi IMF. Indonesia sendiri diperkirakan tumbuh 5,1% pada 2025, dengan tingkat inflasi yang relatif stabil.
Beberapa harga komoditas mengalami kenaikan, seperti emas (+3,6%) dan bijih besi (+0,7%), sementara harga batu bara turun 6,5%. Ekspor industri pengolahan nonmigas pada Desember 2024 mencapai 16,5 miliar USD, meski turun 0,7% dari bulan sebelumnya.
Di tingkat internasional, PMI manufaktur beberapa negara menunjukkan ekspansi, seperti Filipina (54,3) dan India (56,4), sementara Malaysia (48,6) dan Vietnam (49,8) masih mengalami kontraksi.
Harapan Industri ke Depan
Kemenperin menegaskan akan terus mendukung industri dalam menghadapi tantangan global dan memastikan kebijakan pemerintah tetap berpihak pada pertumbuhan manufaktur. “Kami berharap stabilitas ekonomi global dan kebijakan pemerintah dapat terus mendorong optimisme industri ke depan,” tutup Febri.
Dengan tren positif ini, sektor industri diharapkan terus memperkuat daya saing dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. (Rls)