KENDARI, MITRANUSANTARA.ID– Upaya Pemerintah Kota Kendari menekan angka stunting mulai menunjukkan hasil menggembirakan. Berdasarkan hasil evaluasi terbaru, angka stunting di Kota Kendari mengalami penurunan dari 25,7% menjadi 24,4%. Penurunan ini menjadi bukti nyata bahwa kerja kolaboratif lintas sektor memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat.
Hal itu terungkap dalam Rapat Evaluasi Pelaksanaan Intervensi Stunting yang dibuka oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Kendari, Amir Hasan, di ruang rapat Wali Kota Kendari, Sabtu (1/11/2025). Dalam arahannya, Sekda menegaskan pentingnya sinergi antarinstansi agar program percepatan penurunan stunting dapat berjalan efektif dan berkelanjutan.
“Kerja kolaboratif ini harus kita jaga agar hasilnya bisa berkelanjutan dan berdampak langsung pada keluarga berisiko stunting,” ujar Amir Hasan.
Ia menambahkan bahwa, keberhasilan menurunkan angka stunting tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan semata, melainkan juga memerlukan dukungan dari sektor pendidikan, sanitasi, dan ketahanan pangan.
Menurutnya, Pemkot Kendari terus memperkuat pendekatan intervensi spesifik dan sensitif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kota Kendari, Jahuding, menjelaskan bahwa tren penurunan angka stunting tersebut merupakan hasil kerja keras berbagai pihak di lapangan.
“Hasil survei menunjukkan adanya tren penurunan yang signifikan. Ini bukti nyata bahwa kolaborasi kita mulai menunjukkan hasil,” ungkapnya.
Ia memaparkan bahwa intervensi penurunan stunting terbagi menjadi dua kategori, yakni intervensi spesifik yang dijalankan oleh Dinas Kesehatan sebesar 30%, dan intervensi sensitif sebesar 70% yang dilakukan oleh organisasi perangkat daerah (OPD) lain. Berdasarkan data tahun 2024, dari total 50.736 keluarga di Kota Kendari, terdapat 12.004 keluarga yang masuk kategori berisiko stunting.
Faktor penyebab utama masih berkaitan dengan kondisi infrastruktur air bersih dan sanitasi, usia pernikahan yang terlalu muda atau terlalu tua, serta jarak kelahiran yang terlalu dekat. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.054 keluarga telah mendapatkan intervensi langsung melalui program bantuan pangan bergizi (MBG) dan pendampingan oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang beranggotakan 525 orang dalam 179 kelompok.
“Mereka bertugas memberikan edukasi dan pendampingan bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan calon pengantin,” jelas Jahuding.
Selain itu, hingga Oktober 2025, sebanyak 1.217 keluarga telah terpantau aktif melalui aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Hamil). Aplikasi ini menjadi inovasi digital untuk memastikan kesiapan fisik dan mental calon pengantin serta ibu hamil dalam mencegah risiko stunting sejak dini.
Jahuding juga melaporkan bahwa pelayanan keluarga berencana (KB) di Kota Kendari telah mencapai 79,34% dari total pasangan usia subur, dengan 26.193 peserta aktif. Menurutnya, pencapaian ini menjadi fondasi penting dalam menjaga keseimbangan pertumbuhan penduduk dan mendukung lahirnya generasi yang sehat dan berkualitas.
“Upaya ini bukan hanya soal angka, tapi tentang masa depan generasi kita. Mari kita kawal bersama agar anak-anak Kendari tumbuh sehat dan berkualitas,” tutupnya.
Rapat evaluasi ini turut dihadiri oleh para asisten, camat se-Kota Kendari, serta sejumlah pimpinan OPD yang berkomitmen memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam percepatan penurunan stunting di Kota Kendari.
Penulis: Ibnu
Editor : Sumarlin



