JAKARTA, MITRANUSANTARA.ID – Berdasarkan selebaran yang beredar di grup WhatsApp, sekelompok mahasiswa dari Gerakan Pemuda dan Mahasiswa Sulawesi Tenggara (Sultra) yang berada di Jakarta menggelar aksi di depan Mabes Polri, menyerukan pencopotan Kapolres Konawe Selatan.
Mereka menuduh Kapolres melakukan konspirasi dalam penahanan Ibu Supriyani, sehingga mendesak Kapolri untuk segera mencopot pejabat tersebut.
Menanggapi aksi tersebut, Didin Alkindi, seorang pengamat politik muda, menilai narasi yang dibangun para mahasiswa cenderung tendensius tanpa bukti dan analisis yang memadai. Didin menekankan pentingnya memahami persoalan secara objektif, terutama dalam isu yang sensitif seperti ini.
“Kita semua prihatin dengan kasus Ibu Supriyani dan berharap keadilan ditegakkan. Namun, dalam menyikapi isu seperti ini, kita harus cermat memahami fakta agar tidak menyebarkan narasi keliru yang dapat memperkeruh situasi,” ujar Didin.
Fakta yang diperoleh menunjukkan bahwa Kepolisian Resor Konawe Selatan tidak pernah menahan Ibu Supriyani, yang menunjukkan perlunya pemahaman yang akurat sebelum menuntut tindakan.
Ketua Jaringan Aktivis Anoa Nusantara ini menjelaskan bahwa, dalam pertemuan dengan Kapolres Konawe Selatan, Ketua PGRI Sultra, Kepala Dinas Pendidikan Konsel, dan perwakilan mahasiswa, Kapolres Febry Sam justru menekankan pentingnya pendekatan yang obyektif dan berupaya mengembalikan hak-hak semua pihak yang berselisih dalam kasus ini. Didin Alkindi pun memberikan pesan kepada mahasiswa yang akan berunjuk rasa.
“Kita harus terbiasa memahami situasi secara mendalam sebelum bertindak. Dengan data yang minim dan analisis yang kurang komprehensif, perjuangan akan kehilangan kekuatan dan keabsahannya,” ujarnya.
Didin mengingatkan bahwa gerakan mahasiswa harus tetap kritis namun juga cerdas, sehingga aspirasi yang disampaikan dapat diterima oleh publik dan pihak berwenang.
Penulis: Rizal
Editor : Redaksi