Di tepian pagi yang masih malu-malu,
Fajar menyirami bumi dengan cahaya.
Dalam senandungnya, aku merindu,
Mengikuti jejakmu yang pergi menjauh.
Siraman fajar mengusap wajahku,
Seperti tanganmu yang dulu pernah menyentuh.
Rindu membelai hati, seperti embun pagi,
Menyirami kenangan yang tak pernah pudar.
Di antara dedaunan yang bergemuruh,
Aku mencari bayangmu yang tergores.
Senandung rindu mengalun di udara,
Sebagai pesan yang tak pernah sampai padamu.
Fajar membuka lembaran baru,
Namun hatiku masih terbelenggu masa lalu.
Senandung rindu, seperti burung yang terbang,
Mengantar doa-doa yang tak pernah terucap.
Dalam siraman fajar, aku menunggu,
Mengharapkanmu kembali, seperti mentari yang terbit.
Senandung rindu, sejuta kata yang terpendam,
Dalam setiap sinar pagi yang memeluk bumi.
Kini, biarkanlah senandung ini terus mengalun,
Dalam siraman fajar yang membawa harapan.
Rindu tak pernah mati, seperti cahaya yang abadi,
Senandung kita, dalam siraman fajar yang tiada tara.
by Novrizal R Topa