Oleh : Herawati
Statistisi BPS Provinsi Sulawesi Tenggara
Banyak sektor ekonomi di daerah berangsur bangkit, tak terkecuali sektor pariwisata. Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai salah satu daerah kepulauan yang kaya akan pesona alam, aktivitas masyarakat yang mulai meningkat, promosi digital yang makin aktif, hingga keterlibatan langsung pemerintah daerah dalam hal ini pimpinan daerah menjadi sinyal bahwa sektor ini sudah dalam masa pemulihan.
Di tengah dinamika tersebut salah satu indikator yang dapat menjadi tolak ukur pertumbuhan pariwisata adalah Tingkat Penghunian Kamar (TPK)Hotel. Data TPK memberi gambaran nyata sekaligus denyut nadi tentang seberapa besar mobilitas wisatawan dan bagaimana respon masyarakat terhadap potensi pariwisata yang tersedia.
Tingkat Penghunian Kamar Hotel Bintang di Sulawesi Tenggara pada Agustus 2025 tercatat meningkat. Berdasarkan laporan Berita Resmi Statistik (BRS) yang disampaikan langsung oleh Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara pada Rabu, 1 Oktober 2025 mengumumkan bahwa Tingkat Penghunian Kamar Hotel (TPK) hotel bintang pada Agustus 2025 sebesar 37,90 persen atau meningkat sebesar 3,10 persen poin dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Juli 2025) yang tercatat sebesar 34,80 persen. Sedangkan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel nonbintang di Sulawesi Tenggara pada Agustus 2025 tercatat sebesar 18,28 persen atau meningkat 1,32 persen poin dibandingkan TPK bulan sebelumnya (Juli 2025) yang tercatat 16,95 persen. Kenaikan ini menjadi sinyal positif bahwa sektor pariwisata daerah tengah menunjukkan pemulihan. Selain itu, hal ini juga menjadi sinyal bahwa masyarakat terutama wisatawan domestik atau pengguna hotel untuk keperluan kerja / bisnis mulai kembali mengisi kamar hotel secara lebih aktif. Dalam jangka pendek (bulanan), sektor perhotelan Sultra mulai membaik. Namun, jika dibandingkan dengan Agustus 2024 yang tercatat mencapai 40,65 persen, terlihat bahwa TPK Agustus 2025 justru mengalami penurunan secara year-on-year sebesar 2,75 persen poin, artinya pemulihan belum sepenuhnya solid, bahkan masih tertinggal dari capaian tahun lalu.
Kenaikan TPK pada Agustus 2025 tidak terjadi begitu saja, momentum event dan liburan mampu mendorong kenaikan okupansi hotel di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kegiatan-kegiatan tersebut mendorong mobilitas masyarakat antrdaerah dan secara langsung berdampak pada kebutuhan akomodasi, terutama hotel dan penginapan. Kemudian peran strategi komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah khususnya oleh Bapak Gubernur Sulawesi Tenggara melalui pendekatan soft selling ikut menjadi penyumbang penting.
Tren TPK ini memperlihatkan adanya tantangan dan harapan, yang mana sektor pariwisata di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan ada geliat positif, tetapi pondasinya belum cukup kuat untuk mendorong hotel menuju titik ideal. Adanya momen tertentu, seperti perayaan Hari Ulang Tahun Sultra, ajang olahraga internasional, maupun event pemerintahan berskala nasional yang mendongkrak angka hunian. Namun di luar momentum tersebut, banyak hotel kembali menghadapi tekanan yang menyebabkan tingkat hunian kamar menurun. Artinya, meskipun tanda-tanda pemulihan sudah ada, tetapi belum konsisten, TPK hotel masih sangat rentan dan tergantung pada event sesaat, bukan pada arus wisata yang stabil.
Lalu apa yang perlu dilakukan? Jika ingin TPK hotel di Sultra stabil dan terus meningkat, ada beberapa strategi yang bisa dipikirkan:
Menguatkan event berbasis destinasi. Jangan hanya mengandalkan event seremonial, akan tetapi dengan membuat kalender tahunan yang berulang, misalnya festival bahari Wakatobi, lomba lari maraton Kendari Bay, atau pameran kuliner Sultra,
Promosi digital yang lebih aktif. Wisatawan muda mencari destinasi lewat media sosial. Hotel dan pemerintah daerah perlu aktif menampilkan wajah Sultra di platform populer, bukan hanya brosur resmi,
Konektivitas dan akses. Kunjungan ke Sultra masih terkendala terbatasnya penerbangan langsung, terutama menuju Wakatobi. Infrastruktur transportasi laut dan udara harus terus ditingkatkan,
Paket wisata yang lengkap. Saat ini banyak tamu datang untuk keperluan kerja, bukan liburan. Jika ada paket “work and holiday” atau staycation dengan nuansa lokal, hotel bisa menarik lebih banyak pengunjung jangka panjang.
Dapat disimpulkan bahwa :
Terdapat tanda pemulihan jangka pendek. Kenaikan bulanan menunjukkan sektor perhotelan mulai mendapat energi baru, entah dari liburan sekolah, event, atau aktivitas bisnis pemerintahan,
Belum kembali ke level tahun lalu. Penurunan YoY menandakan pemulihan belum solid, bahkan posisi sekarang masih lebih rendah daripada periode yang sama tahun sebelumnya,
Momentum dan kestabilan. Angka bulanan bisa menunjukkan euforia sesaat, sedangkan angka tahunan mengingatkan kita pada tren yang lebih besar: pariwisata Sultra masih perlu dorongan agar tak sekadar “naik sebentar lalu turun lagi,”
Tingkat hunian kamar hotel bukan sekadar angka, melainkan sebuah barometer pergerakan ekonomi daerah. Dari tamu yang menginap, ada perputaran uang untuk makanan, transportasi, oleh-oleh, hingga tenaga kerja lokal.
Maka, ketika kita berbicara “sektor pariwisata Sultra mulai pulih”, pertanyaan yang harus selalu mengikuti adalah: “apa kabar tingkat penghunian kamar hotelnya?” Jika angka itu terus naik, berarti denyut ekonomi daerah memang sedang bergerak. Jika tidak, saatnya mengevaluasi strategi promosi dan pembangunan pariwisata kita.