Oleh: Kamal Rahmat, S.H.
(Purna Ketua Sapma Pemuda Pancasila periode 2012-2015, 2015-2018)
JAKARTA – Tanggal 1 Oktober selalu mengingatkan kita pada Hari Kesaktian Pancasila. Sebuah peringatan untuk mengenang betapa teguhnya bangsa ini mempertahankan ideologi negara dari rongrongan yang ingin memecah belah. Namun, di balik itu, ada musuh lain yang tak kalah berbahaya: korupsi.
Korupsi adalah pengkhianatan. Ia bukan sekadar pelanggaran hukum, tetapi juga perbuatan yang menusuk jantung Pancasila. Bagaimana mungkin kita bicara tentang “kemanusiaan yang adil dan beradab” (sila ke-2) jika hak rakyat dirampas demi kepentingan pribadi? Bagaimana bisa kita mewujudkan “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” (sila ke-5) jika anggaran yang seharusnya membangun desa, sekolah, atau rumah sakit justru masuk ke kantong segelintir orang?
Pancasila yang kita peringati hari ini seharusnya tidak berhenti sebagai seremonial di lapangan upacara. Pancasila harus hidup, berdenyut dalam setiap tindakan kita. Karena korupsi hanya bisa diberantas bukan semata dengan regulasi dan lembaga, tetapi dengan keberanian moral untuk berkata: cukup!
Kita sering bertanya, apa yang bisa dilakukan oleh rakyat kecil, oleh generasi muda, oleh kita yang mungkin tidak duduk di kursi kekuasaan? Jawabannya sederhana: mulai dari diri sendiri. Menolak memberi atau menerima suap, menanamkan kejujuran dalam keseharian, berani bersuara ketika melihat ketidakadilan, dan disiplin dalam tanggung jawab. Tindakan kecil itu, jika dilakukan bersama, akan menjadi gelombang besar yang mengguncang fondasi budaya korupsi.
Korupsi memang musuh yang cerdik, merasuk dalam sistem, bahkan kadang bersembunyi di balik wajah manis kekuasaan. Tetapi sejarah bangsa ini sudah membuktikan: kita mampu menghadapi ancaman yang jauh lebih besar. Maka melawan korupsi bukan pilihan, melainkan kewajiban moral sebagai anak bangsa.
Hari ini, mari kita teguhkan tekad. Bahwa peringatan Kesaktian Pancasila bukan sekadar mengingat masa lalu, melainkan mempersiapkan masa depan. Sebuah masa depan di mana Pancasila benar-benar menjadi landasan, dan korupsi hanyalah cerita kelam yang sudah kita kalahkan.
Pancasila Sakti, Korupsi Harus Mati!