Penulis : Redaksi

KENDARI, MITRANUSANTARA.id – Di Sulawesi Tenggara, kondisi kemiskinan dan stunting masih menjadi masalah serius yang melanda beberapa wilayah, termasuk kelompok masyarakat nelayan. Ironisnya, wilayah ini memiliki kekayaan sumber daya kelautan yang melimpah dan kaya protein, yang seharusnya mampu menghidupi masyarakat nelayannya dengan lebih baik. Data terbaru menunjukkan bahwa angka kemiskinan di Sultra mencapai 11,6% dan angka stunting sebesar 10,5%.

Kadis Koperasi dan UMKM Sultra, Dr. La Ode Muhamad Shalihin, menyadari kondisi yang kontraproduktif ini. Oleh karena itu, Dinas Koperasi UMKM Provinsi Sultra merasa perlu mengambil peran aktif dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan dan pelaku usaha perikanan agar mereka lebih berdaya secara ekonomi.

“Diharapkan dengan upaya ini, angka kemiskinan dan stunting di Sulawesi Tenggara dapat ditekan,” ungkapnya saat membuka acara, Rabu (26/6/2024).

Dr. Shalihin menekankan pentingnya pembentukan koperasi sebagai sarana pemberdayaan ekonomi. Ia meminta para peserta pelatihan untuk berhimpun dan membentuk koperasi, namun jika belum ada kecocokan di antara mereka, pembentukan koperasi tidak perlu dipaksakan.

Baca Juga  Bertemu Wartawan di Kendari, Jurni Inginkan Media Jadi Perhatian

“Berdasarkan rilis buletin PAAP November 2023, telah terbentuk 83 kelompok simpan pinjam di Sultra, yang diharapkan dapat berkembang menjadi badan usaha atau badan hukum koperasi,” tambahnya.

Menurutnya, prinsip koperasi harus terbentuk dari bawah, berdasarkan kebutuhan berhimpun para pendiri dan anggotanya, bukan karena paksaan atau tekanan dari pihak luar. Riset menunjukkan bahwa koperasi yang terbentuk secara organik memiliki tingkat keberlanjutan yang tinggi, dengan 89% koperasi bertahan dalam jangka panjang.

Ketua panitia pelatihan, Tommy PA. Bunggasi, menjelaskan bahwa tujuan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas peserta dalam menangani ikan laut segar dengan baik dan higienis, baik di darat maupun di atas kapal.

“Peserta juga dilatih cara mengolah ikan asap dengan higienis dan menjalankan bisnis ikan asap yang baik, sekaligus mengenal cara berhimpun melalui perkoperasian sebagai alternatif kelembagaan bisnis,” katanya.

Pelatihan ini dilaksanakan dalam dua angkatan, masing-masing berjumlah 36 peserta untuk pelatihan penanganan ikan segar dan 36 peserta untuk pelatihan ikan asap. Dengan konsep P3KE (Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan).

Baca Juga  Usung Tagline Pilihan Prabowo Jadi Pendongkrak Elektabilitas ASR-HUGUA

Melalui pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan potensi wirausaha para peserta, sehingga pasca pelatihan mereka dapat menjadi wirausahawan yang berdaya secara ekonomi, membuka lapangan kerja, serta membantu mengurangi tingkat kemiskinan.

Dr. Shalihin berharap melalui pelatihan dan pembentukan koperasi ini, masyarakat nelayan di Sulawesi Tenggara dapat lebih sejahtera dan mandiri. Upaya ini juga bertujuan untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan, sehingga angka kemiskinan dan stunting dapat ditekan secara signifikan. Dengan demikian, nelayan di Sultra tidak hanya menjadi penyedia sumber daya laut yang melimpah, tetapi juga menikmati hasilnya untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Penulis: Zayyan

Visited 79 times, 1 visit(s) today