Penulis : Redaksi

KENDARI, MITRANUSANTARA.ID – Industri pasar modal di Sulawesi Tenggara (Sultra) terus menunjukkan pertumbuhan positif meski masih menghadapi tantangan literasi dan inklusi keuangan. Data terbaru dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengungkapkan jumlah investor di Sultra mencapai 104.976 orang, dengan total aset senilai Rp1,04 triliun.

Kota Kendari tercatat sebagai daerah dengan jumlah investor terbesar, yakni 26.555 investor dengan nilai aset mencapai Rp673,44 miliar. Disusul Kolaka dengan 14.482 investor, Baubau 8.069 investor, serta Konawe dan Konawe Selatan yang masing-masing mencatat lebih dari 10 ribu investor.

Dari sisi demografi, Azis dari KSEI menjelaskan bahwa investor di Sultra masih didominasi oleh laki-laki (62,55%) dengan total aset Rp464,07 miliar, sementara wanita (37,44%) menguasai Rp272,05 miliar. Meski begitu, tren partisipasi perempuan di pasar modal terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

“Dilihat dari tingkat pendidikan, mayoritas investor berasal dari lulusan SMA ke bawah dengan persentase 53,86 persen,” ungkapnya saat media gathering Kota Kendari bersama SRO pasar modal Indonesia, Kamis (18/9/2025).

Baca Juga  ASR Optimis PPP Kembali Berjaya di Sultra

Investor berpendidikan D3–S1 mencapai 24%, sementara lulusan S2 dan sederajat berada di angka 1,83%. Hal ini menunjukkan bahwa investasi pasar modal sudah mulai dikenal luas, termasuk di kalangan masyarakat umum yang sebelumnya belum banyak bersentuhan dengan dunia keuangan.

Dari segi generasi, Gen Z dan milenial mendominasi hingga 83,84% dengan nilai aset Rp175,77 miliar. Sementara generasi baby boomer tercatat hanya 5,71% namun dengan aset jauh lebih besar, yakni Rp397,95 miliar. Kondisi ini menggambarkan bahwa generasi muda semakin tertarik membuka rekening efek, meski nilai investasinya relatif kecil dibanding generasi lebih senior.

Sementara itu, jika dilihat berdasarkan pekerjaan, investor terbesar berasal dari kalangan pegawai (negeri, swasta, dan guru) dengan persentase 31,36%, diikuti oleh pelajar sebesar 23,61%. Fakta ini memperlihatkan bahwa kesadaran investasi mulai merambah ke usia sekolah dan mahasiswa.

Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sultra, Bayu Saputra Ramadhan, menegaskan bahwa peningkatan jumlah investor tidak bisa hanya mengandalkan BEI semata.

“Kami perlu kerja sama dengan Pemda, OJK, hingga kampus. Melalui TPAKD (Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah), literasi pasar modal bisa langsung menyentuh masyarakat di tingkat kecamatan, kelurahan, hingga pelajar,” ujarnya.

Baca Juga  Mengentaskan Kemiskinan dan Stunting Dinas Koperasi dan UMKM Sultra Berdayakan Nelayan

Bayu juga menekankan pentingnya literasi digital dalam mendukung inklusi keuangan. Menurutnya, generasi muda yang melek teknologi lebih mudah diarahkan untuk berinvestasi, sementara di daerah tertentu tantangan masih besar karena minimnya akses internet maupun identitas kependudukan.

Dengan jumlah investor yang terus meningkat, Sultra kini menempati peringkat ke-25 dari 38 provinsi di Indonesia.

“Ini pencapaian yang baik, tapi masih banyak ruang untuk tumbuh. Harapan kami, literasi dan inklusi bisa terus ditingkatkan agar masyarakat tidak hanya ikut-ikutan, tapi benar-benar memahami manfaat investasi pasar modal,” pungkas Bayu.

Selain edukasi, BEI bersama KSEI juga menaruh perhatian pada perlindungan investor. Azis menambahkan, keberadaan sistem pengawasan transaksi hingga SIPF menjadi “gawang” untuk melindungi masyarakat dari praktik investasi bodong yang masih marak.

Penulis: Sumarlin

Visited 1 times, 1 visit(s) today
WhatsApp Follow WhatsApp Channel MITRANUSANTARA.ID untuk update berita terbaru setiap hari Follow