MUNABARAT, MITRANUSANTARA.ID – Program Inpres Jalan Daerah (IJD) 2025 di Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara, menjadi perhatian publik setelah muncul perbandingan progres antara kontraktor lokal dan kontraktor luar daerah. Sejumlah warga menilai kinerja kontraktor lokal kini tidak bisa lagi dipandang sebelah mata.
Dalam proyek rekonstruksi jalan di Kecamatan Kusambi, yang menghubungkan Kabupaten Muna Barat dan Kabupaten Muna, perbedaan tersebut terlihat jelas. Proyek strategis senilai Rp40 miliar itu terbagi menjadi tiga paket dengan masa pelaksanaan sejak Oktober hingga akhir Desember 2025.
Dua paket, masing-masing jalan dua jalur Kusambi – Tugu Pesawat sepanjang 2,2 kilometer dan paket Kusambi – Guali segmen II sepanjang 2,7 kilometer, dikerjakan oleh kontraktor dari luar daerah. Sementara paket Kusambi-Guali segmen I sepanjang 2,3 kilometer dengan lebar 7 meter dikerjakan kontraktor lokal PT BES, perusahaan yang berafiliasi dengan PT Mitra Pembangunan Sultra (MPS).
Berdasarkan pantauan sejumlah media pada 27 November 2025, PT BES tercatat telah menyelesaikan sekitar 98 persen pekerjaan, hanya tersisa pada bahu jalan (Class S) dan pemasangan marka yang dijadwalkan selesai pada Desember2025.
Sementara itu, dua paket lain yang dikerjakan kontraktor luar daerah masih tertinggal. Hingga akhir November, progres belum mencapai 50 persen. Keterlambatan tersebut dipicu hambatan pasokan material yang didatangkan dari Moramo, Konawe Selatan.
Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Gading, pengawas lapangan CV Danindo Pratama, anak perusahaan penyedia jasa konstruksi UD Maju. Ia mengakui pihaknya beberapa hari menghentikan pekerjaan karena kehabisan material.
“Material dari Moramo harus antre untuk pengapalan. Kadang tiga hari, tapi bisa juga sampai tujuh hari,” jelas Gading saat ditemui awak media pada Selasa, 25 November 2025.
Gading menyebut, progres pekerjaan paket Kusambi – Tugu Pesawat baru mencapai 46 persen. Dari dua jalur, baru satu yang dapat diaspal karena jalur sebelah masih dilalui truk pengangkut material dari paket pekerjaan lain.
“Aspal masih baru. Kalau dilewati alat berat bisa cepat rusak. Kalau paket lain selesai, kami langsung percepat juga,” ujarnya.
Meski begitu, Gading tetap optimistis dapat menuntaskan pekerjaan sebelum batas waktu 31 Desember 2025.
Situasi ini memperlihatkan bahwa kendala pasokan material dari luar daerah menjadi faktor signifikan yang mempengaruhi kinerja kontraktor. Sebaliknya, PT BES dinilai unggul karena mampu memanfaatkan ketersediaan material lokal dan memahami kondisi wilayah serta karakter masyarakat setempat. Mobilisasi alat berat dan tenaga kerja juga berlangsung lebih cepat dan efisien tanpa mengurangi kualitas pekerjaan.
Kinerja tersebut membuat banyak pihak menilai kontraktor lokal memiliki kapabilitas yang patut diperhitungkan dalam proyek-proyek strategis, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi.
Selain aspek teknis, kontribusi ekonomi kontraktor lokal juga dirasakan masyarakat. Perputaran uang dari proyek lebih banyak menetap di daerah karena tenaga kerja, pembelian material, dan aktivitas operasional melibatkan penduduk serta pelaku usaha lokal.
“Kalau kontraktor lokal yang kerja, warga merasakan manfaatnya. Profit yang diperoleh juga berputar di daerah. Kalau kontraktor luar, yang kembali ke masyarakat hanya sebagian kecil,” kata La Amor, pemuda Muna Barat.
Laporan: Redaksi



