BOMBANA, MITRANUSANTARA.id – Beberapa tokoh masyarakat adat di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra), Mokole Hukaeae – Laea dan Mornene Poleang-Mokole Patani, merasa sedih ditinggal mantan Pj. Bupatinya, Burhanuddin. Pasalnya, kinerja kepemimpinan Burhanuddin, selalu mendapat tempat dihati masyarakat adat. Bahkan, tidak sedikit yang merindukan sosok Pj. yang hanya menjabat selama satu tahun tiga bulan ini.
Tokoh masyarakat adat Mokole Hukaeae – Laeya, Mansur Lababa, kepada media ini menyampaikan, umumnya masyarakat Bombana sangat mengapresiasi kinerja mantan Pj. Bupati Bombana Burhanuddin, bahkan tidak sedikit yang merindukan sosok seperti dia. Kehadirannya memberi banyak perubahan terhadap Kabupaten yang dibentuk tanggal 18 Desember 2003, berdasarkan Undang-Undang nomor 29 tahun 2003 yang merupakan hasil pemekaran Kabupaten Buton.
Mansur mengatakan, meskipun hanya diberi kesempatan selama satu tahun tiga bulan, dibawah kepemimpinan Burhanuddin, Bombana mulai bersolek dan memperlihatkan wajah kota yang lebih menarik. Ia mencontohkan, kantor Bupati yang dulunya terlihat semrawut, kini lebih berbeda dari sebelumnya. Bahkan di zona alun-alun, mulai nampak tertata baik dan bersih.
“Wajah ibukota lebih berbeda, marka dan lampu lalulintas diaktifkan sehingga terlihat lebih tertib, apalagi pada jalan wilayah hombes arah jalur Poleang dan jalur turun ke kota kasipute yang merupakan jalur tiga, adalah jalur lintas sangat berbahaya dan bisa mengancam keselamatan warga setempat, sejak kepemimpinannya sudah dibenahi juga,” tutur Mansur kepada media ini.
Lebih lanjut Mansur menyampaikan, selain itu di Kecamatan Kepulaun Kabaena, masyarakatnya mulai merasakan pembangunan jalan yang sangat baik. Hal itu terlihat saat penyelenggaraan Festival adat di Desa Tangkeno, dimana sebelumnya untuk mencapai tempat tersebut, tanjakannya cukup terjal dan mendaki, jalannya berlubang dan belum di aspal. Namun, kehadiran Burhanuddin selama satu tahun, memberikan nuansa dan pengalaman yang berbeda bagi masyarakat setempat.
Kata Mansur, Burhanuddin mampu menjawab kebutuhan warga dan pengunjung di desa Tangkeno yang juga di juluki negeri di atas awan ini.
Tidak hanya itu, lampu penerangnya yang dulunya hanya menyala dalam 12 jam, sekarang sudah bisa dinikmati selama 24 jam oleh masyarakat.
“Jadi banyak sekali masyarakat khususnya Kepulauan Kabaena yang tangisi berakhirnya masa kepemimpinan pak Burhanuddin,” kata Mansur.
Tidak sampai disitu Mansur mengungkapkan, bahkan ada orang orang tua di wilayah itu yang sejak berdirinya Kabupaten Bombana, sama sekali belum pernah menyaksikan langsung untuk melihat wajah pemimpin Bombana selama ini, nanti kehadiran Burhanuddin lah yang betul-betul bertemu langsung untuk berinteraksi dengan masyarakat di daerah pelosok-pelosok.
Mansur mencurahkan, sejak dirinya di dapuk menjadi ketua Tokoh Masyarakat adat Hukaea – Laea belum pernah mendapatkan perhatian khusus dari pemimpin-pemimpin sebelumnya, padahal kampung Hukaea – Laiea sebagai salah satu komunitas adat yang ada di propinsi Sulawesi Tenggara. Akan tetapi, kehadiran Pj Bupati Bombana Burhanuddin, dengan sikap yang ramah dan baik mau menyapa warga di pelosok pesisir kepulaun secara langsung.
“Sebagai ketua pengurus aliansi masyarakat adat Nusantara Kabupaten Bombana, yang juga sebagai ketua adat di kampung Hukaea – Laiea, saya merasakan betul 10 Tahun kepemimpinan Bupati sebelumnya yang sebenarnya tidak mampu mengakui keberadaan masyarakat Hukaea – Laiea,”
Kata Mansur, meski sebelumnya pemimpin lama (yang saya tidak ingin sebutkan namanya secara spesifik.Red.) mau mengesahkan lembaga kami dalam bentuk Perbub, namun sayangnya hal tersebut dibalut dengan dalih untuk mendukung salah satu perusahaan tambang.
“Lain dengan pak Burhanuddin, ia bisa menetapkan wilayah hutan adat kami, tanpa syarat apapun,” ujarnya.
Mansur menambahkan, kinerja mantan Pj. Bupati Bombana itu juga ditampakkan di wilayah Poleang dan sekitarnya, tokoh masyarakat adat lainnya baik kerajaan Morinene, Rumbia maupun Poleang kabaena mendapat perhatian darinya.
Kata Mansur, berakhirnya masa jabatan Buruanuddin, menyimpan kesedihan mendalam bagi yang berada di masyarakat adat
“Satu yang paling kami rasakan selama ini, belum pernah ada pemimpin Bombana yang seramah itu kepada kami, secara nyata saya menyaksikan langsung jika bertemu dengan kami tidak ada sekat antara warga dan pimpinan. Itu saya rasakan sekali. Beliau betul-betul bertemu langsung dengan masyarakat Bombana sampai pelosok-pelosok,’ ungkap Mansur dengan nada sedih.
Mansur bilang, kami betul-betul kehilangan sosok pemimpin seperti ini, sebagai perwakilan masyarakat adat Hukaea – Laiea beserta seluruh masyarakat adat Nusantara Sultra, terus berharap dan berdoa semoga Pak Burhanuddin bisa keluar dari permasalahan yang sedang di hadapi, serta bisa menjabat kembali di kabupaten Bombana.
“Mudah-mudahan beliau bisa selesai dari permasalahan ini, semoga tidak tersandung dengan kasus ini, dan kami menunggu beliau kembali ke daerah kami,” Ujar Mansur Lababa.
Ditempat berbeda, tokoh masyarakat Adat Moronene Poleang, Mokole Patani, Kabupaten Bombana, Mohammad Ali, memandang sosok mantan Pj. Bupati Bombana, Burhanuddin telah berbuat banyak untuk kemajuan daerah. Salah satu perhatiannya ditunjukkan terhadap pemberdayaan masyarakat adat, dengan memberikan alokasi program yang berkaitan untuk kemajuan dan perlindungan termasuk pelestarian melalui lembaga adat wilayah Poleang.
“Sepanjang pengamatan kami, kurun waktu satu tahun tiga bulan bertugas di Bombana, pak Burhanuddin cukup banyak memberikan kemajuan, perubahan signifikan jelas terlihat, salah satunya perhatian beliau terhadap pemberdayaan terhadap masyarakat, khususnya masyarakat adat,” papar Ali.
Ali menyebutkan, salah satunya pemberian alokasi program yang berkaitan untuk kemajuan dan perlindungan termasuk melestarikan adat istiadat dan budaya di daerah Kabupaten Bombana. (lembaga adat wilayah poleang)
“Pak pj Bupati itu, tidak tanggung tanggung mengalokasikan anggaran untuk pemeliharaan , perbaikan rumah adat mornene di poleang, yang kedua beliau juga memberikan perhatian khusus terhadap bagaimana memelihara simbol simbol adat khususnya miniatur pajangan pada desain tampilan bangunan gedung pemda, menurutku ini adalah nilai plus juga buat saya,’ kata Ali mencontohkan.
Lebih lanjut Ali menyampaikan bahwa Burhanuddin juga mampu memberikan suprise untuk wilayah kabaena dengan memberikan program energi listrik sampai 24 jam.
“Itu juga sebuah kado istimewa di momentum ulang tahun Bombana yang ke 20, karena sejak 20 tahun Bombana mekar, barusan tahun ini masyarakat di Kabaena merasakan menyala lampu 24 jam,” ungkap Ali.
Kemudian Ali bilang, salah satu gagasan besar Burhanuddin yang sangat menyentuh untuk memajukan daerah Bombana, yakni “One Village, One Produk” atau Satu desa, satu produk unggulan.
“Sebetulnya program tersebut sangat menyentuh sekali dan menjadi salah satu inovasi beliau untuk memajukan Daerah Bombana,” ujar Ali.
Ia menyadari, meski saat ini Burhanuddin tidak bersama mereka di Bombana, namun Ali berharap, program yang sudah dilaksanakan oleh mantan Pj, bisa dilanjutkan ataupun dilaksanakan oleh pimpinan baru. Apalagi jika kinerjanya minimal bisa menyamai yang telah dilakukan mantan pj burhanuddin.
“Beliau mampu merubah wajah kota menjadi menarik dan memiliki nuansa kota. Sehingga saat kita berkunjung ke Bombana sudah bisa membedakan antara ibukota dan Kecamatan.
Disamping itu menurut Ali, selama kurun waktu satu tahun tiga bulan, Burhanuddin mampu menjaga harmoni birokrasi. Salahsatunya ditunjukkan tidak melakukan rotasi jabatan, artinya beliau konsisten untuk memberikan ruang kepada aparatnya bekerja sesuai dengan fungsinya masing masing.
Ali juga berharap sosok seperti Burhanuddin selalu hadir ditengah masyarakat Bombana. Sehingga mampu dan bisa sejajar dengan kabupaten kabupaten lain yang sudah lebih dulu maju.
Kendati saat ini Burhanuddin tersandung persoalan hukum, dirinya sebagai tokoh masyarakat adat, senantiasa memberikan doa terbaik untuk kesehatan, kesabaran serta keselamatan dalam menjalani persoalan saat ini.
“Semoga beliau bisa melewati masa masa sulit ini dan kembali beraktifitas seperti biasa,” ujar Ali.
Ali berpesan dan berharap kepada segenap masyarakat Bombana, khususnya masyarakat adat, untuk menjaga suasana sehingga jangan ada gejolak-gejolak, biarkanlah perkara hukum ini diselesaikan oleh APH, dan tidak mengkaitkaitkan dengan hal lain.